Indonesian

Hari Senin lalu (21/9), baru dikonfirmasikan bahwa Mel Zelaya ada di ibukota Tegucigalpa. Dia menyerukan kepada rakyat untuk turun ke jalan dan melindungi dia. Rakyat merespon dengan jumlah puluhan ribu. Beberapa jam ke depan adalah waktu yang menentukan. Perimbangan kekuatan ada di sisi rakyat. Mereka bisa mengantarkan pukulan terakhir terhadap rejim kudeta ini dan memulai membangun rejim politik yang berdasarkan organisasi massa.

Satu tahun yang lalu Pabrik SIDOR dinasionalisasi. Sejak saat itu telah terjadi pertarungan berkelanjutan antara para pekerja yang ingin mengimplementasikan kontrol buruh yang sejati dan elemen-elemen yang sedang melakukan segala cara yang memungkinkan untuk menggagalkan pembentukan "perusahaan sosialis" ini. Ini merupakan bagian dari perjuangan umum antara revolusi dan reformisme dalam gerakan buruh Venezuela.

Dalam Bagian Empat ini kita akan melihat sebuah perjuangan untuk kontrol buruh yang sedang tumbuh di Venezuela. Perjuangan ini mengindikasikan bahwa kelas buruh Venezuela mulai mengintervensi secara aktif dalam revolusi Bolivarian dan telah membawa beberapa lapisan gerakan yang lebih maju pada sebuah kesimpulan bahwa transformasi masyarakat ke arah sosialisme merupakan satu-satunya langkah maju untuk revolusi Amerika Latin.

Kudeta yang baru terjadi di Hoduras sekali lagi memperjelas fakta bahwa bahkan reformasi ringan dalam sistem kapitalisme tak dapat ditoleransi oleh kaum oligarki lokal di Amerika Latin dan para majikan imperialisnya. Namun Venezuela mengajarkan kalau massa dimobilisasi, reaksi dapat dihentikan. Kinilah saatnya untuk memobilisasi kekuatan penuh kaum buruh dan kaum miskin Honduras.

Bulan Februari 2009 menandai terjadinya Revolusi Iran 30 tahun silam. Media massa menyorotinya sebagai sebuah "Revolusi Islamis", walau kenyataan sebenarnya apa yang kita saksikan terjadi tiga puluh tahun lalu merupakan suatu revolusi kaum buruh sejati yang dibajak oleh para Ayatullah yang reaksioner karena absennya kepemimpinan yang revolusioner. Tiga puluh tahun kemudian, kita harus memetik pelajaran dari peristiwa penuh gejolak itu dan bersiap diri menyambut gelombang pasang revolusioner yang akan kembali muncul. Artikel ini diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada 29 Juni 2009, periode dimana jutaan rakyat Iran turun ke jalan menentang pemerintahan dan gelombang pasang

...

Peristiwa-peristiwa dramatik sedang terjadi di Iran. Ratusan ribu rakyat turun ke jalan dengan tenang melalui pusat kota Tehran pada hari Senin (15 Juni) untuk memprotes pemilihan presiden Iran. Ini adalah demonstrasi anti-pemerintah terbesar semenjak Revolusi 1979. Situasi revolusioner di Iran berkembang dengan sangat cepat. Dalam satu minggu semenjak artikel ini ditulis (15 Juni 2009) dan diterbitkan dalam Bahasa Indonesia (22 Juni 2009), situasi di Iran sudah bertambah akut.

Dua kandidat bersaing di dalam “pemilihan presiden” Iran, tetapi rejim Iran sudah menentukan siapa yang akan menang jauh sebelum pemilihan ini diselenggarakan. Walaupun Mousavi adalah “oposisi loyal” yang moderat, sebagian besar rakyat Iran menggunakan suara mereka untuk menyuarakan oposisi mereka terhadap rejim ini. Segera setelah “hasil pemilihan” diumumkan, kerusuhan meledak di jalan-jalan, yang menunjukkan kemarahan dan ketidakpuasan rakyat. Peristiwa ini menandai sebuah fase baru di dalam perkembangan Revolusi Iran.

Kami menyerukan sebuah panggilan kepada rakyat Venezuela, kelas pekerja internasional, dan semua yang mendukung perjuangan emansipasi buruh untuk mengirimkan surat ke Presiden Chavez menuntut diekspropriasinya pabrik Acerven di bawah kontrol buruh, tidak meninggalkan nasib pabrik Inveval di tangan pasar kapitalis, akhiri sabotase birokrasi, ekspropriasi pabrik Gotcha, INAF, MDS, dan Vivex, dan penyelidikan penuh terhadap pembunuhan Argenis Vazquez.

Disini Rosa Luxemburg menekankan kenyataan bahwa periode reformisme telah berakhir dengan tibanya krisis kapitalisme dan semakin dekatnya peperangan (baca Perang Dunia Pertama). Pertama kali dipublikasikan di koran Liepziger Volkzeitung, 30 April, 1913

Sebuah pidato yang diantarkan di Kopenhagen, Denmark pada bulan November 1932

Di bagian ke tiga dari Kontrol Buruh dan Nasionalisasi, Rob Lyon memaparkan pengalaman Yugoslavia dan kegagalan dari kebijakan "sosialisme pasar" dan "manajemen-mandiri" yang mengakibatkan runtuhnya perekonomian Yugoslavia dan perpecahannya menjadi 8 negara dalam perang 10 tahun (1991-2001) yang menelan korban lebih dari 140 ribu rakyat. (Indonesia translation of Workers’ Control and Nationalization - Part Three)

Pada hari Kamis sore, 29 Januari, dua pekerja dibunuh oleh polisi di negara bagian Anzoategui, Venezuela. Para pekerja yang terbunuh adalah Pedro Suarez dari pabrik Mitsubishi dan José Marcano dari pabrik autopart Macusa yang terletak dekat dengan pabrik Mitsubishi. Mereka terbunuh saat polisi daerah Anzoategui berusaha mengusir ratusan pekerja yang telah menduduki pabrik Mitsubishi (MMC).