Perspektif Dunia 2012. Bagian III (Krisis Kapitalisme Amerika Serikat)

Amerika Serikat hampir bangkrut dan tidak mampu membayar utang publik sebesar 14.3 trilyun dolar AS pada Agustus 2011, ketika administrasi Obama pada menit-menit terakhir membuat perjanjian baru untuk menaikkan limit utang mereka. Krisis ini menyebabkan perpecahan yang terbuka dan pahit antara kaum Republikan dan Demokrat, yang mewakilkan lapisan-lapisan kelas kapitalis yang berbeda.

Eropa dan Amerika

Bila Yunani jatuh, maka masalah yang segera mencuat adalah menyebarnya penularan (contagion) ini ke negara-negara lain. Irlandia, Portugal, Spanyol, dan Italia akan jatuh seperti kartu domino. Bank-bank akan berjatuhan, dimulai dari bank-bank Yunani dan Cypriot, dan kemudian menyebar ke sistem finansial Inggris dan Amerika, yang kedua-duanya rapuh. Keruntuhan ekonomi Eropa akan mengirim gelombang tsunami ke lautan Atlantik, menekan dolar AS dan mengancam ekonomi AS.

Inilah mengapa AS mengikuti krisis Eropa dengan sangat khawatir. Mereka menekan Eropa untuk merapikan rumah mereka, tetapi dengan nyamannya melupakan rumah mereka sendiri. AS menderita ”Attention Deficit Disorder”, dan juga menderita krisis pertumbuhan, tingkat pengangguran yang tinggi dan krisis politik yang dalam.

Amerika menuntut Jerman untuk menyelamatkan Eropa dari krisis. Jerman harus memotong pajak. Mereka harus meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Mereka harus mengirim lebih banyak uang ke Yunani. Mereka harus memimpin stimulus fiskal yang terkoordinasi di seluruh Eropa. Jerman harus melakukan ini dan itu. Tetapi siapakah Amerika yang menyuruh-nyuruh Jerman?

Sekretaris Bendahara AS Timothy Geithner memperingatkan bahwa kegagalan EU untuk menyelesaikan krisis Yunani akan menjadi ancaman serius bagi perekonomian dunia. Geithner menghadiri pertemuan antara menteri-menteri keuangan Eropa dan para bankir utama Polandia, di mana ia menggurui mereka seperti layaknya seorang kepala sekolah menggurui anak-anak kecil. Setelah itu dia mengatakan bahwa negara-negara Eropa ”harus menyadari bahwa mereka harus melakukan lebih” untuk menyelesaikan krisis ini.

Ya, kata Eropa, tetapi siapa yang harus membayar ini? Hanya ada satu jawaban: Jerman dan Prancis, atau lebih tepatnya, Jerman. Mereka yang membual mengenai Marshall Plan untuk Yunani sekarang harus mengeluarkan uang mereka. Tetapi lebih gampang berbicara daripada berbuat. Ini segera mengedepankan masalah-masalah politik yang tidak dapat dengan mudah diatasi.

Analogi dengan Marshall Plan tahun 1948 tidaklah tepat. Setelah Perang Dunia Kedua, AS menyelamatkan kapitalisme Eropa dengan suntikan kapital yang besar melalui Marshall Plan. Tetapi sekarang kondisinya sangatlah berbeda. Pada tahun 1945, AS memiliki 2/3 emas dunia di Fort Knos, dan oleh karenanya dolar AS sangat kuat seperti emas. Tetapi saat itu AS adalah kreditor (pemberi utang) terbesar di dunia, sekarang AS adalah debitor (peminjam utang) terbesar. Alih-alih memberikan bantuan ke Eropa, Obama memohon Eropa untuk menyelesaikan masalah mereka dengan sendirinya, atau pemulihan ekonomi AS yang rapuh akan sangat terancam.

Terlebih lagi, ketika Marshall Plan diimplementasikan, ekonomi kapitalis dunia sedang memasuki fase kenaikan yang berlangsung selama 3 dekade. Hari ni tidak ada satupun faktor tersebut yang eksis. Jerman sekarang adalah kekuatan yang memimpin Eropa, tetapi ia tidak memiliki cadangan ekonomi yang tak terbatas seperti AS pada tahun 1945. Walaupun ia adalah ekonomi yang kuat, dia tidak cukup kuat untuk menanggung beban dari defisit Yunani, Irlandia, Portugal, Spanyol, Italia, dan yang lainnya. Terlebih penting lagi, Eropa dan dunia tidak sedang memasuki fase kenaikan, tetapi sebaliknya sedang memasuki era resesi yang baru dan periode kesulitan ekonomi dan program penghematan yang berkepanjangan.

Amerika Serikat

AS sendiri hampir bangkrut dan tidak mampu membayar utang publik sebesar 14.3 trilyun dolar AS pada Agustus 2011, ketika administrasi Obama pada menit-menit terakhir membuat perjanjian baru untuk menaikkan limit utang mereka. Krisis ini menyebabkan perpecahan yang terbuka dan pahit antara kaum Republikan dan Demokrat, yang mewakilkan lapisan-lapisan kelas kapitalis yang berbeda.

Sampai baru-baru ini, tidak ada yang berbicara mengenai utang AS yang besar. Tetapi sekarang ini telah berubah, semenjak agen ratingStandard & Poor’s mengumumkan pada Agustus 2011 bahwa ia menurunkan rating kredit AS ke AA+ dari AAA. Moody’s mengatakan mereka juga sedang mempertimbangkan menurunkan rating kredit AS, dengan merujuk pada kemungkinan yang semakin meningkat bahwa AS tidak akan mampu membayar utang obligasi mereka.

Pemerintahan AS sekarang anggarannya defisit $1.5 trilyun, yang memaksanya untuk mengeluarkan surat-surat utang. Utang publik $14.3 trilyun adalah peningkatan tajam dari $10.6 trilyun ketika Obama memangku jabatan presiden pada Januari 2009. Kebanyakan adalah utang publik, sementara sisanya dipegang oleh rekening pemerintahan AS.

Ini bukanlah pertama kalinya Kongres memungut suara untuk menaikkan limit utang, memberikan akses utang kepada pemerintah. Semenjak 2001, Kongres Amerika telah menaikkan limit utang ini 10 kali. Semenjak Mei, pemerintahan federal AS telah melakukan perubahan-perubahan pengeluaran dan akuntansi, dan juga penerimaan pajak yang lebih tinggi daripada biasanya, untuk bisa terus beroperasi. Ketua US Federal Reserve, Ben Bernanke, telah mengatakan bahwa kebangkrutan AS alan menyebabkan ”krisis besar”. Ini adalah pernyataan yang kurang tepat. Kebangkrutan AS akan menjadi skenario kiamat di dalam pasar uang dunia.

Walaupun kedua partai Republik dan Demokrat membela kepentingan kelas kapitalis, mereka berbeda pendapat mengenai bagaimana cara membela sistem ini. Partai Republik ingin pemotongan-pemotongan yang dalam. Obama siap menerima program pemotongan, tetapi ingin menyenangkan kelas pekerja dengan meningkatkan pajak terhadap kaum kaya. Tetapi ini bertentangan dengan kaum Republikan di Kongres, yang berada di bawah pengaruh kaum fanatik Tea Party yang tidak menginginkan pajak sama sekali. Pada akhirnya mereka terpaksa tiba pada satu perjanjian dengan menaikkan batasan utang, seperti yang telah mereka lakukan sebelumnya. Tetapi perjanjian ini terikat pada 1 trilyun dolar pemotongan yang sekarang telah terpicu oleh kegagalan ”Super Committee” untuk setuju mengenai pemotongan yang lebih dalam.

Sampai sekarang, dolar masih bertahan karena ia masih dilihat sebagai tempat yang aman di saat ketidakstabilan finansial dan moneter dunia. Tetapi bila defisit AS terus berlanjut, kepercayaan terhadap nilai dolar akan jatuh, dan ini akan mengakibatkan penjualan mata uang dolar AS besar-besaran dan jatuhnya nilai dolar AS dengan cepat. Federal Reserve percaya bahwa kemungkinan resesi di AS pada tahun 2012 adalah 50/50. Menurut ekonom AS, Travis Berge, “Akal sehat mengatakan bahwa situasi ekonomi AS yang rapuh tidak akan dapat menaham goncangan yang datang dari seberang lautan Atlantik. Kebangkrutan utang negara Eropa dapat menenggelamkan AS ke resesi kembali.” Inilah mengapa AS sangat khawatir mengenai Yunani dan masa depan euro. Sampai sekarang, perhatian dari pasar uang telah terkonsentrasikan ke Eropa. Tetapi runtuhnya euro akan segera mengungkapkan kelemahan mata uang dolar AS.

Dari Wisconsin ke Wall Street

Krisis ekonomi ini sangat memukul AS, dan pengaruhnya yang paling dramatis akan terjadi disana. Pemulihannya sangatlah lemat. Pada kenyataannya, tingkat penciptaan lapangan kerja adalah lebih sedikit daripada tingkat pertumbuhan populasi, apalagi untuk bisa menutup 8 juta pekerjaan yang hilang semasa krisis. Selama kuartal ketiga 2011, ada 1226 pemecatan massal, yang melibatkan 184.493 buruh. Inilah yang dimaksud dengan pemulihan baru-baru ini.

Pertumbuhan ekonomi yang ada datang dari peningkatan eksploitasi dari para pekerja yang masih ada. Ekstrasi nilai surplus absolut dan relatif terus meningkat belakangan ini. Dalam kata lain, buruh bekerja semakin lama dan semakin keras untuk gaji yang semakin sedikit. Ini meningkatkan GDP dan laba. Tetapi ini tidak menciptakan lapangan kerja. Tingkat pengangguran resmi adalah 9 persen, tetapi angka yang sebenarnya kemungkinan besar dua kali lipat. Jutaan sudah tidak lagi masuk hitungan karena sudah tidak lagi mencari kerja. Ada 5 penganggur yang mencari kerja untuk setiap pekerjaan yang tersedia. Ini tidak termasuk mereka yang sudah menyerah dalam mencari pekerjaan. 14 persen rakyat sekarang bergantung pada tiket makanan (food stamp) dan tingkat kemiskinan AS mencapai rekor tertinggi.

Pada saat yang sama, Fortune 500 List menunjukkan bahwa pada tahun 2010, tingkat laba perusahaan-perusahaan Fortune 500 meningkat 81 persen. 500 perusahaan dan subsidiari mereka menghasilkan pendapatan $10.8 trilyun, meningkat 10 persen dari tahun 2009. Ini dari total GDP sebesar $14.7 trilyun. Ini berarti 500 perusahaan ini menghasilkan 73.5% dari GDP AS. Begitu terkonsentrasinya kekayaan di Amerika. Top 10 perusahaan Fortune 500 memperkerjakan lebih dari 4 juta pekerja.

Semua ini menjelaskan menurunnya dukungan terhadap Obama dan Demokrat pada pemilihan mid-term. Ada kekecewaan  yang semakin besar, dan ini menemukan ekspresinya secara praktikal. Protes-protes massa di Wisconsin menunjukkan bahwa ada sesuatu yang berubah di Amerika. Protes-protes ini bukan sesuatu yang biasa. Biasanya orang-orang hanya berdemo satu hari dan lalu pulang. Tetapi terinspirasi oleh peristiwa-peristiwa di Mesir, protes-protes ini membesar, dengan puluhan ribu orang di jalan-jalan Madison, didukung oleh para pemadam kebakaran dan sejumlah polisi yang bersolidaritas. Banyak dari para polisi ini yang mengenakan tulisan ”polisi mendukung buruh” di punggung mereka.

Di antara slogan-slogan yang terdengar adalah ”Berjuang seperti rakyat Mesir” dan ”Dari Kairo sampai Madison, Buruh Bersatulah”. Pada bulan Oktober 2010, AFL-CIO mengorganisir demo buruh di Washington DC. Ini adalah demonstrasi buruh nasional pertama semenjak tahun 1981. Para pemimpin buruh ini ingin mengubahnya menjadi demo pro-Demokrat, tetapi ini tidak menemukan gaung di antara buruh.

Lalu, AS digoncang oleh demo-demo “menentang keserakahan korporasi”. Protes-protes ini, yang diorganisir secara spontan oleh Gerakan Okupasi Wall Street, mulai membuat khawatir kaum borjuis. New York Times Sunday Review menulis editorial (8 Oktober, 2011) yang cukup menarik untuk dikutip:

“Pada saat ini, pesan dari protes ini adalah: kesenjangan pendapatan sedang menghancurkan kelas menengah, meningkatkan jumlah orang miskin, dan mengancam terciptanya selapisan pengangguran yang mampu dan dapat bekerja. Di satu pihak, para demonstran, yang kebanyakan dari mereka adalah kaum muda, sedang memberikan suara kepada generasi yang kehilangan kesempatan …

“Namun, demo-demo ini lebih dari pemberontakan kaum muda. Masalah-masalah yang dihadapi oleh para demonstran ini hanyalah satu ilustrasi dari berbagai cara di mana ekonomi ini gagal bekerja untuk kebanyakan rakyat Amerika. Mereka benar ketika mereka mengatakan bahwa sektor finansial, dengan para regulator dan pejabat-pejabat terpilih berkolusi. Mereka memompa besar balon kredit dan lalu meraih laba besar darinya, dan balon kredit ini lalu meletus dan merampas dari jutaan rakyat Amerika pekerjaan mereka, pendapatan mereka, simpanan mereka, dan rumah-rumah mereka. Dan setelah mereka melewati masa-masa yang sulit ini, rakyat Amerika juga kehilangan kepercayaan pada pemulihan.

Kegeraman awal ini telah diperparah dengan bail out dan para pejabat yang lapar akan uang-uang kampanye dari Wall Street, sebuah kombinasi beracun yang telah membuktikan kekuasaan ekonomi dan politik dari bank-bank dan para bankir, sementara rakyat jelata Amerika menderita.

Adalah sebuah mitos bahwa rakyat Amerika secara alamiah adalah reaksioner. Mari kita ingat apa yang tertulis di Kitab Suci: ”Karena yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang pertama.” Ini adalah dialektika murni! Justru karena buruh Amerika lebih terbelakang secara politik dibandingkan buruh-buruh Eropa maka mereka akan dapat melompati mereka.

CNBC berkoar bahwa para demonstran ”mengibar-ngibarkan bendera-bendera aneh mereka” dan ”bersekutu dengan Lenin”. Sayangnya penilaian ini agak prematur. Para demonstran – setidaknya kebanyakan dari mereka – belumlah bersekutu dengan Lenin. Tetapi mereka sedang belajar dari pengalaman. Dan sejumlah pukulan dari pentungan polisi mengajarkan mereka lebih mengenai karakter dari negara kapitalis daripada membaca Negara dan Revolusi.

Walaupun buruh Amerika tidak memiliki partai buruh massa, mereka juga tidak membawa beban kepemimpinan reformis yang menggunakan otoritasnya untuk mencegah majunya kaum buruh, seperti di Eropa dan tempat-tempat lain. Mereka masihlah segar dan tidak memiliki prasangka-prasangka refomis dan Stalinis seperti buruh Eropa. Buruh Amerika dapat berkembang sangat cepat ketika mereka mulai bergerak.

Ini dapat terlihat di gerakan Okupasi. Represi polisi yang kejam yang dihadapi oleh gerakan Okupasi di Oakland juga ditemui dengan betapa takutnya kelas penguasa AS terhadap potensi revolusioner dari gerakan ini. Satu indikasi dapat terlihat dari seruan pemogokan umum untuk merespon represi polisi yang brutal, sebuah langkah positif ke arah yang tepat, yang menunjukkan kesadaran insting dari kaum muda untuk membentuk hubungan dengan buruh yang terorganisir. Ini adalah pertama kalinya dalam 70 tahun gagasan pemogokan umum satu kota didiskusikan secara terbuka oleh sejumlah lapisan gerakan serikat buruh di Amerika Serikat.

Gerakan Okupasi pada kenyataannya hanyalah pucuk dari gunung es. Kekalahan undang-undang anti-serikatburuh melalui referendum di Ohio pada bulan November 2011 adalah satu lagi indikasi. 60% suara yang menolak hukum ini merupakan kemenangan besar bagi serikat buruh, yang menggunakan sumber dayanya untuk mencapai kemenangan ini. Ini menunjukkan mood yang sedang berkembang di antara buruh AS.

Marx dan Engels mengedepankan perspektif partai buruh untuk pecah dari partai-partai borjuis. Pembentukan partai semacam ini akan menjadi satu peristiwa bersejarah di Amerika Serikat. Bahkan bila partai ini dibentuk di atas program reformis, ini akan menjadi magnet yang akan segera menarik ke dalamnya buruh-buruh yang terorganisir dan tidak-terorganisir, kaum muda, orang-orang kulit hitam, Latino, kaum perempuan, dan para penganggur. Di bawah kondisi krisis sosial, partai buruh Amerika dapat bergerak ke kiri dengan tajam, dan segera berkembang ke arah sentrisme (sentrisme di sini dalam kosakata Marxisme adalah kondisi politik di antara reformisme dan revolusi, bukan antara Kiri dan Kanan).